Cnn Indonesia Resesi

Cnn Indonesia Resesi – Pemerintah harus mendorong pengeluaran kelas menengah dan orang kaya untuk membantu perekonomian menghindari resesi akibat virus corona. ilustrasi. (/Adi Wikasono).

Pemerintah memutuskan untuk mengurangi pembatasan sosial besar (PSBB) meski pandemi COVID-19 belum mereda. Kami menerapkan kebijakan untuk menghidupkan kembali aktivitas masyarakat setempat sehingga pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat virus corona dapat bangkit kembali.

Cnn Indonesia Resesi

Namun langkah tersebut mendapat perhatian dari Menteri Keuangan Presiden Muhamad Chatib Basri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia meyakini penyederhanaan PSBB akan berdampak sementara terhadap perekonomian nasional.

Saat Dunia Terancam, Indonesia Malah Kebal Resesi! Kok Bisa?

“Hal tersebut mendorong perubahan ekonomi besar-besaran, namun dampaknya berkurang dan situasi tidak membaik,” kata Chatib, dikutip dari akun Twitter @ChatibBasri.

Asumsi tersebut berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menemukan bahwa masyarakat menilai situasi ekonomi terburuk akibat virus corona terjadi pada Mei 2020.

Mobilisasi menguat pada bulan Juni 2020 ketika PSBB diberlakukan kembali. Namun persepsi masyarakat terhadap perekonomian kembali melemah pada Juli hingga Agustus 2020.

Secara terpisah, Eko Listiyanto, Ekonom Institut Ekonomi dan Keuangan dan Pembangunan (Indef), membenarkan pandangan mantan Menteri Keuangan tersebut. Menurutnya, jika penanganan wabah ini tidak berhasil, maka akan sulit menghilangkan perasaan negatif Corona terhadap perekonomian daerah.

As Catatkan Pertumbuhan Ekonomi Sebesar 2,6 Persen, Batal Resesi?

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mendorong konsumsi massal adalah dengan mengurangi peningkatan kasus virus corona. Dia mengatakan penelitian Indef menunjukkan bahwa orang-orang itu waras.

Sikap ini membuat mereka berhenti berbelanja karena epidemi terus berkembang. Oleh karena itu, daripada mengeluarkan uang untuk pembelian atau konsumsi, masyarakat akan memilih untuk melewatkan dan menabung untuk mengantisipasi ketidakpastian perekonomian akibat pandemi ini.

“Perilaku perekonomian masyarakat bergantung pada penanganan wabah, sehingga jika tidak dilakukan upaya serius untuk meredam COVID-19, maka upaya perekonomian ke arah tersebut akan menemui kendala,” ujarnya.

Namun secara umum, ia menilai kebijakan pemerintah untuk menstimulasi perekonomian dengan memberikan dukungan sosial (anti sumber) untuk mendorong konsumsi masyarakat bawah sudah tepat.

Ini Dampak Ngeri Kalau Ri Resesi, Tapi Jangan Panik

Perlu diketahui, guna mendorong belanja masyarakat guna membantu pertumbuhan perekonomian, pemerintah banyak memberikan bantuan sosial kepada masyarakat lokal. Untuk program jaminan sosial, pemerintah mengeluarkan dana sebesar Rp203,91 triliun.

Meski benar, menurutnya kebijakan ini tidak terlalu membantu. Eco menuturkan, belanja yang berkontribusi paling besar terhadap kebangkitan perekonomian justru berasal dari masyarakat kelas menengah dan atas yang tidak mendapat dukungan pemerintah.

Ciri khas dari kelas ini adalah pengetahuan dan kepekaan terhadap masalah kesehatan. Berdasarkan statistik yang dikumpulkannya, 40% masyarakat kelas ekonomi bawah hanya berkontribusi 17% terhadap konsumsi.

“(Sumbangannya) terbesar adalah kelas menengah sebesar 40 persen, kelas atas sebesar 20 persen, kuenya paling besar, tapi merekalah yang paling terdampak masalah kesehatan;

Merdeka, Bung! Indonesia Tak Lagi ‘dijajah’ Resesi

Dengan kondisi tersebut, ia memperkirakan konsumsi rumah tangga masih negatif pada triwulan III 2020. Namun, ia memperkirakan penurunan tersebut tidak terlalu besar dibandingkan posisi triwulan II 2020 (5,51%). Meski begitu, dia mengakui belum ada angka pasti mengenai prediksinya.

Senada, Yusuf Rendy Manilet, Ekonom Center for Economic Reform (CORE), mengatakan pelonggaran PSBB awalnya diambil masyarakat untuk mengembalikan perekonomian. Namun seiring bertambahnya jumlah pasien baru, opini masyarakat terhadap pemulihan ekonomi pun ikut berubah.

Lanjutnya, “Jika jumlah pasien meningkat, maka kecepatan pemulihan ekonomi akan meningkat karena PSBB semakin mudah, dan pemulihan ekonomi dapat terjadi.”

Ia sependapat dengan Eco dan menilai pemerintah harus menekan angka kasus COVID-19 terlebih dahulu agar konsumsi masyarakat bisa pulih kembali. Hal ini terutama ditujukan pada kelas ekonomi menengah atas dan atas yang dapat menggunakan kebutuhan sekunder dan lebih tinggi sekalipun.

Pandemi, Resesi, Dan Bahaya Krisis Lanjutan Akibat Defisit Fiskal

Masalahnya perasaan kelompok ini bukan dukungan sosial. Tapi tabungannya banyak, jadi punya kemampuan belanja. Saya kira ini membantu kelompok ini mengurangi masalah kesehatan yaitu COVID-19, ujarnya. . .

Selain itu, pemerintah menilai perlunya memperluas cakupan penerima bansos hingga mencakup masyarakat menengah ke bawah. Sebab, ia menilai jumlah masyarakat yang berhak menerima bansos lebih banyak dari perkiraan pemerintah.

Oleh karena itu, selain menggunakan data terintegrasi Kementerian Sosial Kesejahteraan Sosial (DTKS), juga bisa dipadukan dengan data ketenagakerjaan BPJS.

“Banyak masyarakat yang melunasi tabungannya setelah terkena PHK selama pandemi ini. Kelompok ini mungkin berhak mendapatkan bantuan pemerintah untuk mendorong konsumsi,” ujarnya.

Ancaman Resesi 2023, Awas Dampak Ke Indonesia

Sementara itu, Eco menilai, karena pemerintah sudah membuka kegiatan masyarakat, maka akan sulit untuk memperkuatnya kembali. Oleh karena itu, menurutnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan wabah ini adalah dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kami menerapkan social distance, dimulai dengan memakai masker.

Selain itu, seluruh tempat kerja harus mampu mematuhi protokol kesehatan. Yang tidak kalah pentingnya, Anda harus bisa mempromosikan bisnis yang telah menerapkan protokol kesehatan tersebut. Dengan cara ini, konsumen merasa aman dan tidak ragu untuk berbelanja, yang berdampak negatif terhadap perekonomian Tiongkok sejak pandemi virus corona. Namun, ketika negara-negara lain berada di ambang resesi ekonomi, Tiongkok telah berhasil membalikkan keadaan. (AFP/STR).

Tiongkok mendapat perhatian publik ketika virus corona (COVID-19) muncul di Wuhan akhir tahun lalu. Wuhan dikunci dalam beberapa hari. Semua orang diminta diam di rumah, aktivitas, pergerakan, dan perekonomian terhenti. Wuhan seperti kota hantu.

Tirai Bambu Perekonomian negara berbalik 360 derajat, dari awalnya tumbuh 6%, tumbuh 6,8% pada kuartal I 2020.

Pengaruh Resesi Ekonomi Global 2023 Bagi Perpajakan Di Indonesia

Tiongkok menjadi negara pertama yang mengalami pertumbuhan negatif ketika COVID-19 sedang ‘dalam perjalanan’ untuk menginfeksi perekonomian negara lain. Setelah Tiongkok, negara-negara yang terjangkit COVID-19 dan terpaksa membatasi perekonomiannya mulai runtuh satu per satu.

Singapura, Jepang, Korea, negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Indonesia juga terkena dampak pertumbuhan negatif. Di antaranya, ada beberapa kasus dimana terjadi pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut, yakni ‘terjatuh’ di ambang resesi.

Ketika negara lain terpuruk, Tiongkok yang terpuruk lebih dulu justru bangkit lebih dulu. Pada kuartal kedua tahun 2020, ketika negara-negara lain mulai melambat, penurunannya berhasil dibalik menjadi 3,2%.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan Fitra Faisal mengatakan, Tiongkok berhasil pulih lebih dulu karena konsumsi domestiknya yang kuat. Tidak mengherankan jika Tiongkok mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia.

Apa Itu Resesi Ekonomi Dan Penyebabnya

Belanja publik, yang telah berkurang karena kebijakan lockdown pada kuartal pertama, secara bertahap meningkat lagi seiring dengan dibukanya negara dan dimulainya kembali aktivitas bisnis dan industri. Selain konsumsi, Tiongkok juga mendapat keuntungan dari perdagangan.

Diketahui bahwa Tiongkok merupakan pemain utama dalam perdagangan internasional. Perannya adalah untuk membantu perekonomian negara lain bergerak, meskipun mereka masih berjuang dengan kebijakan lockdown yang bertujuan mencegah penyebaran epidemi.

Belum lama ini, Fithra berkata, “Meskipun Tiongkok berperan dalam perdagangan internasional, terdapat banyak tekanan terhadap perekonomian domestiknya.”

Pada saat yang sama, negara-negara lain yang bergantung dan berperan besar dalam perdagangan internasional, seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan, tidak memiliki daya beli domestik yang sama dengan Tiongkok. Hal serupa juga terjadi di Indonesia.

Terbaru! Sri Mulyani Blak Blakan Kemungkinan Ri Kena Resesi

Tentu saja, Tiongkok adalah yang pertama pulih dan mengubah perekonomiannya dari negatif menjadi positif dalam hitungan bulan. Di sisi lain, Tiongkok merupakan negara yang disiplin dan cerdas dalam menangani epidemi.

Ketika kota-kota terpaksa tutup satu demi satu, Tiongkok berhasil membangun berbagai rumah sakit darurat hanya dalam beberapa hari. Hal ini memungkinkan negara ini menangani pandemi COVID-19 secara relatif efisien dan mendapatkan hasil yang cepat.

Alhasil, kepercayaan investor tidak hanya dalam negeri namun juga asing kembali pulih. Bahkan di tengah pandemi, Tiongkok menurunkan peringkat investasi buruknya dari 40 menjadi 33 poin.

Artinya kita akan menarik investasi lagi. Pemulihan ekonomi yang cepat telah meningkatkan kepercayaan investor, namun mereka juga melihat negara-negara lain sebagai target investasi untuk menghindari fokus pada Tiongkok.

Tak Kayak Negara Lain Ri Kebal Dari Resesi, Kok Bisa?

Di sisi lain, negara-negara dengan aliran modal yang besar, seperti Eropa dan Amerika Serikat, tidak dapat melakukan diversifikasi investasi. Perekonomian yang terpuruk karena epidemi tidak bisa serta merta berubah menjadi perekonomian yang baik.

Satu demi satu, mereka terjerumus ke dalam jurang resesi. Dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Kanada dan negara-negara lain dengan perekonomian internasional yang besar. Pertumbuhan negara-negara ini bergantung pada investasi, pasar keuangan, dan industri.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada belanja pemerintah tiba-tiba menjadi ‘penyakit’ ketika pengendalian sosial besar-besaran (PSBB) diterapkan.

Seperti halnya Tiongkok, perekonomian Indonesia juga tiba-tiba berubah 360 derajat dari plus 5% menjadi minus 5,32% pada kuartal kedua tahun 2020. Masalahnya, menurut Kepala Ekonom Yusuf Rendy Manilet, penanganan epidemi COVID-19 di Indonesia tidak tepat. tidak sebaik dulu. Ini sama bagusnya dengan negara lain.

Phk Massal Efek Resesi Global, Rakyat Yang Jadi Tumbal

Hal ini terlihat dari masih banyaknya peristiwa-peristiwa besar baru yang terjadi setiap harinya. Bahkan pada Kamis (12/3) kemarin, jumlah kasus tertinggi per hari tercatat sebanyak 8.369 kasus.

Meskipun perekonomian membaik pada kuartal ketiga, ketegangan masih terlihat jelas. Pada Juli hingga September 2020, perekonomian mencatat defisit sebesar 3,49%.

“Jika kasus meningkat dan kebijakan kembali mewajibkan PSBB, maka perekonomian bisa turun ke level stress. Artinya, perekonomian tidak akan membaik sampai kasus terkendali,” kata Yusuf.

Belajar dari Tiongkok, penanganan wabah ini di Indonesia memerlukan kedisiplinan. Pemerintah juga harus berpartisipasi aktif dalam pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19, meski klaim keampuhannya belum terbukti.

Resesi Adalah Apa? Ini Penjelasan Guru Besar Ekonomi Unhas

Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar dapat menjangkau masyarakat secara cepat dan tepat sasaran.

Realisasi penggunaan dana PEN tercatat hanya Rp 431,54 triliun atau 62,1% dari Rp 695,2 triliun per 25 November 2020. Bahkan, tujuannya adalah kehabisan uang hingga akhir tahun ini. tahun.

“Dengan sisa waktu satu bulan lagi, pemerintah harus meningkatkan pendanaan ini untuk menghidupkan kembali perekonomian pada kuartal keempat dan memastikan perekonomian lebih baik pada tahun depan,” ujarnya.

Sementara itu, menurut perkiraan Yusuf, perekonomian Indonesia pada kuartal IV masih berada di wilayah negatif yakni antara 0,5 hingga 1,5 persen. Terjebak dalam resesi, sama halnya dengan banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Australia, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa.

Jokowi Pastikan Indonesia Alami Resesi Ekonomi

“Saya kira kita lihat saja fakta sejarah masing-masing negara, antara lain pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, kinerja APBN, kinerja kebijakan moneter, inflasi, nilai tukar rupiah, dan perusahaan,” ujarnya. Bali, Rabu (13 Juli 2022)

Perekonomian Indonesia masih tumbuh sekitar 5%. APBN sampai dengan akhir semester

Cnn indonesia, cnn indonesia newsroom, download cnn indonesia, resesi ekonomi indonesia, cnn indonesia terkini, cnn indonesia streaming, cnn indonesia live streaming, cnn indonesia hari ini, cnn indonesia tv, tv online cnn indonesia, nonton cnn indonesia, cnn indonesia english