Beberkan Privasi Pribadi Terbuka

Eitsss… waduh oh… dasar nih saudara tertua kurang ajar…! Mami…! Mami…! Nih abang tidak sopan, pegang-pegang pepek Mai!”, teriak Marcy, adik perempuanku yg masih berusia 12 tahun serta masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar itu.

(Klotak…!)

Pintu kamar mama pun dibuka menggunakan tergesa-gesa. Mama muncul dengan bertolak pinggang. “Apaan lagi sih…! Bertengkar melulu…!,” ujar mama menggunakan kesal.

Segera Marcy menjelaskan apa yg telah terjadi. Mama menoleh kearah aku dan bertanya kepadaku, “yuk… kini apa penjelasanmu? Rodri Cuma fitnah?!” Bila mama memanggil dengan nama lengkapku mirip ini berarti dia sedang kesal hatinya. aku segera menjelaskan duduk perkaranya.

“Begini… mam…”, saya memulai penjelasanku. Mama mendengarkan dengan kepalanya dimiringkan kearahku seperti minta penjelasan lebih jauh dariku.

“aku baru kembali berasal main basket, masuk kedalam rumah serta melihat Marcy berdiri sambil membungkukkan badannya ke lantai serta… terlihat celana dalamnya dengan jelas. saya memang tidak bicara memberitahukannya khawatir beliau terkejut jadi saya pegang saja celana dalamnya supaya supaya dia sadar jikalau beliau sudah memamerkan privacynya”, kataku.

Mama membisu mirip sedang memasak penjelasanku itu, kemudian kepalanya ditolehkan kearah Marcy serta memandangnya seperti minta penjelasan berasal Marcy.

“bohong…!”, istilah Marcy menggunakan nada kesal.

“Apanya yang bohong, adikku sayang yg cantik…”, saya menyela perkataan Marcy.

Mama mendehem dan melotot padaku. “Teruskan…,” katanya kepada Marcy.

“Begini mi… bagaimana tak sopan, tangan saudara tertua mengusap-usap nih… seperti ini…”, kata Marcy sembari mengangkat tinggi-tinggi T-shirtnya dan memperagakan perbuatanku tadi. Tangannya mengusap-usap memeknya yg masih terbalut celana dalamnya.

Bedanya dia mengusap-usap asal depan sedang saya tersebut mengusap-usapnya berasal belakang, he-he-he…

Tangan mama menutupi mulutnya seperti menunda tawa melihat ulah adikku Marcy itu.

Marcy terhenti serta memandangi mama dengan heran akan tetapi masih diliputi perasaan kesal. “Mami…,” keluhnya.

“Sudahlah…”. Tangan mama telah tidak menutupi mulutnya tapi tampaknya masih menahan senyumnya menggunakan sulit. “mari Rodri minta maaf pada adikmu yg tadi engkau katakan cantik ini”.

dengan suka hati karena kelihatannya mama sudah reda amarahnya, kudekati Marcy, “Marcy sayang… maafkan kakak ya…,” sembari mengusap serta mencium ubun-ubunnya.

Marcy luluh hatinya, membalikkan badannya dan mendekap aku .

“Lain kali jangan lupa pakai rok atau celana pendek dong say”, kataku sambil mengusap-usap punggungnya.

“tapi saya tidak sedang diluar tempat tinggal , kakak…”, rengut adikku mendengar istilah-kataku.

“telah… telah… jangan memulai lagi”, mama menimpali kata-istilah kami. “Kalian berdua makan dahulu serta engkau Rodri cepat ganti dulu pakaianmu yang lembab itu”.

Memang benar, sandang seragam sekolahku yang mulai mengering tapi masih lembab. Kan habis bermain bola basket seusai sekolah tadi.

Mama berbalik badan serta berjalan menuju pintu kamarnya.

datang-datang Marcy menarik tanganku kebawah sehingga mukaku sejajar tingginya menggunakan mukanya. dia menempelkan mulutnya ke telingaku dan berbisik, “Lihat tuh… buruan. Punggung mami terbuka bebas, yuk pegang punggungnya mirip apa yang saudara tertua lakukan padaku tadi. bila bertindak yang adil dong…! ,” pungkasnya dengan licik.

saya tergugah, bukan karena perkataan Marcy tetapi lebih disebab-kan sang kemulusan punggung mama serta eh… tunggu dulu! dia tidak menggunakan BH! Buktinya tidak terlihat tali BH dipunggungnya.

“absolut…!”, kataku dengan nada gagah-berani menjawab istilah-kata Marcy adikku itu. saya buru-buru mendekati mama berasal belakang.

Itil V3
Marcy tersenyum puas. (‘biar tahu rasa, dimarahi serta sempurna Rodri… telingamu bakal dijewer mami’, Marcy dengan suka membayangkan akan menyaksikan hal yg bakal terjadi serta beliau tersenyum simpul gembira).

andai kata Marcy tahu strategi yg akan aku gunakan menghadapi mama, Jika kusentuh punggung mama serta ia marah, aku akan katakan saja padanya bahwa saya ingin membantu mama dengan menarik retsluitingnya buat menutupi punggungnya yang mulus itu, he-he-he… dasar bulus!

Mama sudah memegang handle pintu kamarnya tapi ketika hendak masuk kamar tidurnya, langkah kakinya terhenti sebab mendengar derap langkah kakiku yg tergesa-gesa.

SOR77

“engkau mau ap…”, istilah-kata mama terhenti waktu merasakan usapan tanganku dipunggungnya yang putih mulus bak pualam itu.

Segera mama bergegas masuk kedalam kamar tidurnya dan eksklusif melompat menelungkup diatas tempat tidur sembari menggerutu, “Geli memahami… kamu jangan kurang ajar ya Rod…!” Tubuh mama berguncang-guncang diatas kasur yang empuk itu, ditimbulkan karena lompatan mama tersebut.

saya mendekati mama dan berkata, “Maaf mam… lupa menutup retsluitingnya ya mam…”.

dan mama menjawab, “Ya… sudah, yuk tarik retsluitingnya”.

tapi aku tidak melakukannya sebab melihat disamping tubuh mama masih tergeletak sebuah vibrator yang agaknya seperti tergesa-gesa dimatikan serta aku melihat disekitar tubuh mama berserakan BH, CD serta sebuah cermin mungil buat ber-make-up.

‘Wah rupanya mama sedang bermasturbasi waktu aku serta Marcy berada diluar kamar tadi. Pantas saja mama kelihatan kesal tersebut karena program masturbasinya terganggu sang kami, saya dan adikku Marcy’.

Dikeheningan sesaat itu tiba-datang pecah sang kata-istilah mama. “mari… kok bengong…!”

menggunakan membuat malu aku menimpalinya, “Maaf mam… habis mama rupawan serta tubuh mama mulus sekali sih…”.

Mama mendongakkan ketua serta menoleh kearahku, akan tetapi lalu sadar akan keadaan kamar tidurnya menggunakan adanya benda-benda pribadinya berserakan itu.

“Eehmm… jangan cerita di adikmu ya. engkau kan sudah dewasa… serta… sudah memahami segalanya itu…”, ujar mama seakan memintaku memaklumi keadaan kamar tidurnya itu.

Darah mudaku yang penuh gairah eksklusif bergejolak disebabkan sang suasana kamar serta istilah-kata mama.

“akan tetapi mam… aku kan masih kelas 2 SMA serta belum memahami segalanya mirip yang mama maksudkan…”, timpalku. “Apa mama mau mengajariku seluruh itu…?,” tanyaku nekat.

“Ya sana… keluar, nanti adikmu curiga”, tukas mama lagi.

aku bersikeras tetap berdiri ditempat, kataku, “pungkasnya mau mengajari Rodri perihal itu tuh…”.

Jawab mama, “Nanti malam sesudah adikmu tidur, tiba lagi kesini. Kan ayahmu masih 2 minggu lagi diluar kota mengurusi bisnisnya. yuk buruan nanti keburu tiba adikmu karena curiga”.

sambil bicara, mama menyingkirkan benda-benda pribadinya yg tadi berserakan diatas kasur dan sekarang kasurnya telah higienis dan rapi pulang.

aku kemudian bertanya di mama, “Mama tak berbohong kan…?”

Seketika itu mama menjadi kesal menggunakan pertanyaanku, “tidak percayaan amat sih sama mamamu sendiri?!” tiba-datang mama menelentangkan tubuhnya keatas kasur serta segera mengangkat bagian bawah rok terusannya ke dadanya dan mengatakan, “Nih… lihat! mari engkau mau omong apa sekarang…?!”

Mataku lolong melotot… Mengapa tidak? Kulihat tubuh mama bagian bawah terbuka polos alias bugil… Betisnya yg latif, pahanya yg menggairahkan serta… vagina mama, maksudku bibir vagina mama terlihat dengan jelas karena vagina mama yang polos tanpa rambut pubis sehelaipun! Rupanya mama merawat bagian tubuhnya yang paling tersembunyi itu dengan cara mencukur habis seluruh bulu-bulu pubis kurang lebih vaginanya.

Nafsu birahiku eksklusif melonjak, ‘seperti memek anak mungil saja yg tanpa bulu! ’, pikirku. ‘absolut serupa menggunakan memeknya Marcy, adikku itu. Masih gundul… ’, aku membayangkannya. Jadi aku ingin sekali mengetahui vaginanya Marcy yg tersebut sempat aku usap-usap walau masih terbalut menggunakan celana dalamnya.

Perlahan-lahan saya mendekati mama dan eksklusif menindih tubuh mama dengan seragam sekolahku yang masih lengkap dan lembab.

“Rodri kamu mau apa, ooh…!”, perkataannya terputus sebab bibirnya keburu tertutup sang bibirku.

saya mencium mama dan berusaha meniru gaya French-kiss layaknya seperti yang pernah kulihat dalam film-film BF yang sering kutonton bersama-sama kawanku dirumah galat seseorang asal mereka.

“Mmmh… hhm…”, mama berontak pelan serta menolak badanku.

akan tetapi sebab aku sering olahraga basket, tenagaku jauh lebih akbar ketimbang mama yg pula senangnya ber-olahraga senam demi kesehatan, menjaga keindahan tubuhnya agar permanen awet belia serta lezat dipandang mata.

Usia mama yg kini 38 tahun tapi dengan tubuh dan perawakan badan yang 28 tahun dengan paras mengagumkan serta cantik keibuan dengan payudara 36B bagaikan milik penari striptease yang indah serta menggairahkan.

Lidahku menyusup masuk kedalam verbal mama serta membelit lidahnya, didalam mulut mama, lidah-lidah itu saling berangkulan membelit berganti-ganti arah eh… rupanya sudah sirna penolakan berasal mamaku yang sexy ini.

waktu aku ingin minta penegasan dan mulai ingin menanyakan lagi, tentunya saya wajib melepaskan bibirku asal bibir mama terlebih dahulu tapi menggunakan cepat tangan mama membekap mulutku sebagai akibatnya aku tidak bisa berbicara.

“sudah jangan bicara lagi, pokoknya nanti malam sehabis adikmu tidur. Cepat bangun…!”

aku bangun dan berdiri disamping tempat tidur, mama buru-buru duduk ditepi daerah tidur sembari merapikan pakaiannya balik … tepat Marcy masuk kedalam kamar tidur mama yg pintunya masih terbuka lebar menggunakan tersenyum-senyum yg mencurigakanku.

Begitu melihat Marcy masuk, segera mama berpura-pura memarahiku dengan menjewer telingaku (dengan pelan) sambil membentakku, “Rodri! engkau mulai nakal ya…! mari keluar sana…!”

Marcy yg menyaksikan ini seluruh, kaget sekejap kemudian tertawa terkikik-kikik menggunakan cepat membalikkan badannya lari keluar sembari berteriak.

Sempat saya dengar teriakannya. “benar KAN PIKIRKU… rasakan itu semua kakakku yang tampan hi-hi-hi…!”

Mama tersenyum lega dan aku buru-buru keluar berasal kamar tidur mama. Sebelum melewati pintu, sempat mama mengingatkan, “jangan lupa nanti… DASAR NAKAL…!”

Tentu saja kata-kata mama yg terakhir ini masih terdengar sang Marcy yg menimpali dengan… “Asyik… asyik… oh… bahagianya aku , hi-hi-hi…”.

Kataku dalam hati, ‘Dasar anak mungil sok pandai akan tetapi lugunya minta ampun! Dibohongi saja mau!’.

Selagi aku menuju kamarku aku berpikir perihal Marcy, adikku yang indah, manis serta imut-imut itu. Tubuh Marcy mulai bertumbuh besar , baby-fat telah banyak yang berkurang.

Ya… adikku itu berubah dan sudah bertumbuh sebagai gadis cilik yang menggemaskan, dadanya mulai menonjol serta yang mencolok saat ia mengenakan T-shirt nya yang kebanyakan tipis-tipis jelas terlihat tonjolan putingnya latif.

Sesampainya saya dalam kamarku, aku mengambil pakaian rumahku yang higienis dan masuk kekamar mandi. tempat tinggal yg kami tempati benar-benar akbar bagi kami berempat.

David Cumarekaan, ayah kami yang berusia 43 tahun, Susan C, bunda kami tercinta yang berusia 38 tahun, aku , Rodri C berusia 17 tahun serta Marcy C, si bungsu yg berusia 12 tahun. Jumlah kamar dirumah ini, semuanya ada 12 kamar Jika kamar yang di lantai atas ikut dihitung berikut kamar-kamar mandi yg terdapat di masing-masing kamar tidur semuanya.

Ruang aula buat keperluan keluarga akbar berkumpul terdapat di lantai atas, ad interim dua kamar tidur yg berada disana tidak terpakai akan tetapi telah rapi ditata dengan higienis dan siap sewaktu-saat Bila ingin ditempati menggunakan segera. Ini berkat keterampilan asal 2 orang pembantu tempat tinggal tangga kami, Ida serta Tati walau masih muda, segar tapi semuanya beres dikerjakan.

aku telah berpakaian rumah yang higienis, badanku wangi maklum saja sesuai kebiasaanku seusai aktivitas olahraga sesampai dirumah, umumnya saya langsung mandi.

Jam dinding masih membagikan saat dua:15 siang, pikirku Bila ada yang diharapkan kenapa waktu berjalan lambat? aku merebahkan diriku keatas tempat tidur, pulang aku mengingat keluguan Marcy, adikku itu. Bila saya jangan lupa-jangan lupa lagi, aku baru sadar kini kalau adikku sudah tumbuh sebagai gadis manis yg imut-imut tapi hormon-hormon pada tubuhnya mulai menghasilkan tubuhnya menuju ke bentuk tubuh yg sexy.

“Kak…! Kak Rodri! ayo keluar… makan sama-sama Mai”.

Seketika lamunanku pun buyar-yar… sang teriakan Marcy, adikku yg mengagetkanku membuatku sadar dari lamunan jorokku, langsung saja aku merasa sangat lapar… kan saya belum makan siang?

Sekeluar berasal kamar, aku disambut sang Marcy. “Ngambek ya… kak? Maafkan Mai ya…”.

aku tersenyum saja mendengar istilah-istilah Marcy. ‘Marcy… Marcy lugu amat sih kamu’, pikirku mungkin dia wajib dicium dan pada French-kiss supaya mampu berpikir serta berusaha berpikir lebih dewasa, tidak seperti anak mungil lainnya yang a1bc0a542fbff72b575f3abcee82ea40 panggil-panggil maminya.

Marcy membahasahan dirinya dengan panggilan Mai sebab sejak mungil sewaktu beliau mulai bisa berbicara, kurang bisa melafalkan huruf R. sehingga namanya Marcy berubah menjadi Mai serta ini sudah sebagai kebiasaannya sampai kini . akan tetapi kami semua tak menanggapinya, selalu kami memanggilnya menggunakan nama sebenarnya, yaitu Marcy.

pula panggilannya terhadap mama, beliau memanggilnya dengan kata mami. Demikian juga panggilannya terhadap papa menggunakan istilah papi.

Orangtua kami happy saja tanpa meralat panggilan terhadap diri mereka. aku Rodri dan adikku Marcy merupakan anak-anak kandung mereka yg sangat mereka kasihi.

Siang ini Marcy telah mengganti bajunya, buat balutan tubuhnya bagian atas, dia mengenakan sejenis T-shirt, akan tetapi bagian bawahnya lebih pendek dari T-shirt umumnya, kaos yang dikenakan sekarang itu tidak bisa menutupi pusar dan perut datarnya ini menghasilkan hatiku mulai bergetar. Atau inikah yg dianggap pakaian model tanktop, tidak tahulah…

Selanjutnya pandangan mataku menelusuri tubuh Marcy bagian bawah, kali ini Marcy mengenakan sejenis celana pendek kecil atau apa namanya minipant mungkin? Oh iya… mungkin ini namanya hotpant yg membentuk gairahku bergejolak ‘to be hot’ tetapi mengenai istilah dan nama-nama model pakaian wanita, aku tidak mengerti sama sekali, ‘memangnya gue pikirin…

Heit… tungggu dulu, celana pendeknya yg jelas terlihat terbuat dari bahan kain yang tipis, kok… tak terdapat garis-garis batas yg menandakan dia mengenakan celana pada ya? Jangan-jangan… beliau tidak menggunakan celana pada?! Wah pikiran ‘ngeres’-ku sekarang terbelah dua. yang satu masih memikirkan tubuh mamaku yg sexy habis serta satunya lagi sedang berpikiran jorok menebak-nebak tubuh adikku yg berada dihadapanku ini.

Kupandangi paras Marcy, yang ternyata sedari tersebut senyum-senyum saja sembari mengikuti 6fb5c360c0ec473bdf2115bc2cba2899 pandangan mataku. tahu begini aku jadi galat tingkah dan membuat malu jadinya, bagaikan maling tertangkap lagi mandi… basah tahu!

“Selama masih hanya dicermati saja dan tidak gunakan pegang-pegang… aman-safety saja… tuh!”, ujar Marcy sambil duduk di kursi makan.

aku pun telah duduk di kursi makan mirip halnya Marcy dengan perasaan kesal, saya memahami dikerjai oleh adikku, Marcy ini. saya bergumam mungil dengan kesal, “Kenapa tidak telanjang bulat saja sekalian… tanggung kan”.

Rupa-rupanya gumaman kecilku masih terdengar oleh Marcy, dia mengatakan lagi, “Mau bundar kek… mau lonjong kek… selama masih hanya ditinjau saja dan tidak pakai pegang-pegang… safety-safety saja tuh…!”

Oh lagi…! beliau mengulangi istilah-kata manteranya itu lagi. saya pandangi Marcy dan melotot padanya.

Cepat Marcy berkata lagi. “Maaf… kak, Mai kan cuma bercanda. Please, sekali lagi Mai minta maaf, jadi seorang kakak jangan terlalu sensitif dong. Don’t Worry Be Happy…!,” ucapnya sembari menjiplak keliru satu slogan iklan dari TV.

saya diam saja. ‘Makin nakal saja adikku ini tapi… juga makin cantik serta menggairahkan saja, nanti jika telah di French kiss olehku baru tahu rasa dia, pasti… merem-melek’. aku jadi tersenyum-senyum dengan sendirinya.

Melihatku begini, Marcy pun tersenyum lebar, “Terima kasih kak… kak Rodri memang baik deh mau memaafkan Mai”.

Mendengar itu aku jadi gelagapan serta menjawab singkat sekenanya, “Ya… yang saya lanjutkan dalam hati. ‘engkau salah duga sayang, maksudku kau merem-melek di French kiss olehku dan … akan minta lagi… minta lagi… minta lagi…! Huh… kenapa ya penisku selalu bereaksi cepat mirip reflex saja yg sekarang menjadi tegang serta mengacung kedepan menggunakan gagahnya.

Makan siang kami yang sudah tertata rapi absolut ini yang akan terjadi kerja pembantu-pembantu tempat tinggal kami yang gesit dan cekatan itu. Kami pun makan dengan lahap serta tanpa suara, maklumlah kami sudah dibiasakan disiplin asal mungil termasuk makan di meja makan tidak boleh pakai berisik.

Baca carita selanjutnya di SOR77

bersambung…

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*