Beberkan Privasi Pribadi Secara Terbuka CH.2

Lawastoto

sesudah makan, saya pulang keruang keluarga. Disana aku menonton TV keluarga kami Plasma TV flat 90”, menggunakan remote-nya kucari channel stasion TV yg sedang menayangkan tontonan yg ringan-ringan, mirip program gosip siang hari.

Sedangkan Marcy sudah menghilang kekamar tidurnya, disana beliau pula menonton TV 20”-nya yang tengah menayangkan acara TV yg umumnya disukai oleh kaum hawa…

Marcy tidak suka menonton diruang TV famili, disana absolut dia tidak bisa menikmati program gossip kegemarannya apalagi kalau bersamaku yg tidak begitu senang menonton tayangan gossip atau sejenisnya.

Diaturnya volume bunyi TV-nya tidak terlalu bising. sementara TV itu masih terus menayangkan acara gossip hingga selesai yang tayangannya sebentar-sementara waktu diselingi oleh iklan-iklan apalagi jika bukan barang-barang dagangan penghasil buat keperluan kaum hawa, dan …

(ZZZ-zzz…) (zzz…) Marcy telah tertidur pulas diatas kawasan tidurnya memulai program rutin-nya setiap siang harinya yaitu tidur siang dengan irama napas yg damai… ad interim TV-nya jua menggunakan damai tetap menayangkan program-acara siangnya.

(Hohhh… ahhh… hmmm…!) aku menggeliatkan badanku dan merentangkan tanganku kesamping sambil menguap. Jam memberikan ketika 3:15 siang. aku bangun dari dudukku, mematikan TV dan pulang kekamarku.

‘usahakan saya istirahat sebentar memulihkan energi, kan nanti malam akan menerima privat-les kilat teori dan mungkin saja… sekaligus praktek mengenal global sex, ‘gulat gaya bebas’ antara perempuan serta laki-laki ’, he-he-he…

aku pulang kekamarku, sembari berbaring telentang… lapat-lapat kudengar bunyi dari TV yg berada didalam kamar Marcy. Konsen aku mendengarkannya menggunakan seksama, kok… suaranya mirip suara host di tayangan TV itu yang sedang menjajakan barang dagangannya yg transaksi-nya lewat telepon atau on-line, baik tunai atau secara kredit…

aku segera menuju kekamar Marcy, membukanya (Marcy jarang menguncinya dari pada, sebab… ya itu memang kebiasaannya) lalu mematikan TV yang tanpa pemirsa dikamar itu serta kemudian menutup pintunya perlahan berasal luar kamarnya.

Nah… ini beliau… terbersit dibenakku, kenapa tidak kumanfaatkan saja situasi sekarang ini…? berasal di menunggu lama ketika nanti Marcy tidur dimalam hari… absolut Marcy nanti akan terlambat tidurnya sebab beliau telah tidur siang, bisa-mampu hingga jam 12-an malam harinya. bila selesainya Marcy tertidur waktu itu dan …

Segera aku menuju kekamar mama dengan perasaan dag-dig-dug, datang didepan pintu kamar tidur mama, aku memegang handle pintu dengan menekan kebawah sembari mendorong pintu itu hati-hati. Hmm… dasar rejeki tak kemana…! Pintu itu terbuka perlahan-huma…

saya segera masuk serta eksklusif mengunci pintunya dari pada. Kulayangkan pandanganku di sekeliling kamar serta berhenti pada kawasan tidur mama, lho…! Kemana mama…? Kulihat pada daerah tidur itu tak terdapat sesosok tubuh pun yang berbaring disana… aku diam konsen mendengarkan… kayaknya jua tidak terdapat seseorang pun didalam kamar mandi disana.

Lawastoto

saya gundah jadinya, ternyata aku sendirian… mengurung diriku sendiri… didalam kamar tidur mama…!

Buru-buru saya membuka kembali pintu kamar tidur mama. Kan tidak lucu jadinya… jika mama menemukan dan mengetahui jika aku mengurung diri pada kamar tidurnya…! Kubiarkan pintunya sedikit terbuka…

tadi itu ternyata rejeki palsu alias… apes!

aku duduk dipinggir daerah tidur mama sambil menumpukan ke 2 sikut dekat lututku. Daguku menempel diatas ke 2 telapak tanganku, sepintas terlihat seakan aku lagi tepekur sambil melamun… sebenarnya sih saya lagi… melamun sambil tepekur… eh… sama saja ya…? Maklum saja saya lagi bingung sih…!

tidak usang kemudian kudengar bunyi langkah-langkah kaki mamaku mendekati kamar tidurnya sendiri… Mama heran melihatku duduk dipinggir daerah tidurnya. “Lho… sedang ngapain kamu, Rod…?,” tanya mama mendekatiku lalu duduk disampingku sembari mengusap-usap lembut rambut cepakku.

“Mama habis berasal mana?”, tanyaku.

“Ooh… itu, mama habis ngobrol dengan Ida dan Tati. Mereka itu kan sebenarnya gadis-gadis yang pandai , jangan salah lho… mereka berdua itu baru lulus Sekolah Menengan Atas. Jadi mama memberikan mereka buat melanjutkan pendidikannya menggunakan biayanya seluruhnya ditanggung sang mama semuanya, mama pikir pasti papamu tidak akan keberatan.

“Lantas Ida serta Tati keluar berasal rumah ini?”, tanyaku di mama.

“tidak juga… mereka boleh menggunakan terus kamar yang mereka tempati kini , sedangkan pengganti-pengganti mereka mampu menempati tempat tinggal kecil dekat kebun belakang yang baru saja selesai direnovasi…”.

Kupotong perkataan mama, “Kenapa tidak, Ida serta Tati tetap bekerja saja… sembari kuliah?”

Mama tertawa sambil mengusap rambutku relatif kencang. “engkau pikir mamamu ini… producer sinetron apa? tidak mungkinlah… menjalankan kuliah itu harus menggunakan konsenstrasi serta tubuh yg segar”.

Memang benar, pada hal ini mama ahlinya, mama lulusan S2 dalam bidang psikologi. Papa memohon padanya buat merawat serta mengawasi saja anak-anak yg amat mereka berdua kasihi. sebagai kompensasinya mama bebas bertindak apa saja yang mama anggap perlu dilakukan.

“sudah pergi istirahat sana…”, mama menggunakan halus mengusirku.

Itil V3
dengan ogah-ogahan aku berdiri serta berjalan menuju pintu… kemudian kututup pintu itu serta menguncinya… asal pada kamar! serta kembali mendekati… mamaku lagi.

Mama heran melihat tingkahku itu sembari berdiri mama bertanya padaku, “Mau apa lagi… sayang?”

aku mengungkapkan apa yg kupertimbangkan tadi, sewaktu berada didepan pintu kamar tidur Marcy.

“kemudian bagaimana seandainya Marcy terbangun dan terdapat perlu dengan mama… kan jadi kalang-kabut… jadinya?!”, istilah mama damai.

saya tak menjawabnya, hanya telunjukku menunjuk kearah ventilasi kamar yg bagian luarnya ialah taman bunga letaknya disamping luar kamar tidur mama.

Seketika mama tersenyum dan berkata ceria, “Hi-hi-hi… rupanya engkau punya bakat yg ‘terpendam’ juga ya…”.

jendela itu kan bisa dimanfaatkan ketika darurat!

“dan sekarang… baga…” belum jua terselesaikan mama bicara, aku telah mendaratkan ciuman-ciuman gencar pada bibir mama yang seksi. Terjadi lagi buat ke 2 kalinya French kissing antara mama serta saya, pengecap kami saling bergulat dan memiting ala gaya Romawi…

Selagi pengecap kami lagi ‘seru-serunya’ saling berpitingan, tangan kiriku telah mendarat lagi pada dada kanan mama, nah… ini beliau baru namanya… rejeki! Mama tidak menggunakan BH! Tersentuh olehku bongkahan buahdada mama bagian kanan yang masih berbalut dengan gaun terusannya. Terasa sekali puting susunya yang sebanyak koin Rp 100 alumunium di jari tanganku, menonjol telah mengeras…

Tangan kiriku meremas-meremas buahdada mama bergantian asal yang kanan lalu berpindah yang kiri, diselingi dengan ulah jari telunjukku yang berduet dengan ibunya jariku memilin-milin puting-puting susu mama. Tangan kananku memegang lembut tengkuk mama, membantu menjaga ekuilibrium tubuhnya tatkala kami sedang ber-French kissing itu.

tidak terdapat suara kami yang bisa keluar, karena lisan-ekspresi kami yang saling membekap. Hanya bunyi napas kami yg memburu serta bunyi degup jantung saja yang terdengar.

Jari-jari tangan kiriku masih saja meremas-meremas menggunakan bersemangat seakan sedang rajin menjumput energi nafsu yg ditansfer darah langsung menuju bagian bawah tubuhku dan bermuara di… penisku yang mulai sarat dengan muatan nafsu ereksi.

Tangan mama yg kanan menggapai penisku serta meremasnya. Tersentak kaget saya merasakan remasan tangan mamaku itu meski tidak terlalu keras… momen ini dimanfaatkan mama menggunakan melepaskan mulutnya asal sergapan-sergapan mulutku yg masih saja ingin French kiss berkepanjangan…

“Whaaaow…! akbar juga penismu, sayang”, kata mama.

Memang potongan tubuhku tidak buruk -buruk amat sih, setinggi badan 175 cm serta bobot badan 66 KG serta… penis 18 centimeter kalau lagi birahi. Siapa dulu dong mamanya…! yg memiliki tinggi badan 170 cm serta bobot badan yang ideal 60 KG serta… yang lebih ideal lagi… memiliki berukuran payudara 36B.

aku tetap menyosorkan mulutku pada verbal mama, akan tetapi mama menghindarkan sembari beranjak mundur kebelakang terus… akibatnya bagian belakang kaki mama tertahan sang pinggiran tempat tidur serta… tubuhnya terjatuh terlentang bersamaan dengan tubuhku yang menindihnya.

memahami sudah tidak bisa menghindar lagi, mama yang napasnya masih megap-megap buru-buru berkata, “telah-sudah…

serta kujawab. “lalu… bagaimana dengan mama?”

“Yaaa… sama lah…”, jawab mama manja.

Kami berdua berdiri dipinggir kawasan tidur, mulai melepaskan sandang.

Bagai berlomba, kami menanggalkan sandang kami semuanya. Pemenangnya telah sempurna mama… orang istilah… menggunakan melepas baju terusannya saja… mama telah bertelanjang bundar ! Rupanya mama selain tidak menggunakan BH jua tak mengenakan CD rupanya.

Terpana saya berdiam diri sambil berdiri kaku memandang tubuh molek mamaku yang terdapat dihadapanku… seakan melihat tubuh Marcy adikku dalam bentuk yg jauh lebih sempurna…!

buah dada mama yang semok menggunakan puting-putingnya berwarna maroon belia yg lembut. Tubuh mama yg putih mulus disinari lampu TL di plafon kamar tidur sempurna berada diatas kepalanya, menciptakan silhouette yang teramat eksotis dimataku.

Pandangan mataku yang perlahan menyelusuri kebawah bagian tubuh mama… perutnya yg homogen dihiasi pusarnya yg latif… sebersit sinar pantulan berasal kuku kaki mama yg dicat menggunakan pewarna kuku yang berkilau yang menyebabkan pandangan mataku memulai selusurannya asal bawah menuju keatas… betisnya bak bernas padi yg siap dipanen…

Seketika saya tersentak oleh bunyi mama yang sedari tersebut dengan sabar melihat tingkahku…

“Aaahem…! Hhm-hhm…”, mama berdehem serta membuyarkan kontemplasi-ku di sekujur permukaaan tubuhnya. “telah selesai inspeksi-nya…?,” istilah mama menggodaku.

Mukaku bersemu malu campur gairah, aku cepat memeluk mama ingin menciumnya lagi akan tetapi mama ternyata lebih gesit dan menghindar pribadi melompat keatas kawasan tidur serta menelengkupkan tubuhnya disana.

saya yang tidak mau kalah pribadi menindih tubuhnya. Jadilah tubuh mama yg menelungkupi daerah tidur sedang aku menelungkupi tubuh mama.

“Hi-hi-hi… buat pemula sih… ini posisi yang galat…”, istilah mama tertawa geli.

“Memangnya harusnya bagaimana ma…?”, kataku sembari menciumi kuduk diselingi usapan lidahku pada kedua bagian belakang daun pendengaran mama.

“Hei… sudah-sudah… geeeli… nih… hi-hi-hi…” mama tertawa kegelian. Sambungnya lagi, “1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 tidak tahu saja! kamu kan sering nonton BF bersama… dirumah Joni, temanmu itu…”.

“Kok mama memahami sih?”, tanyaku kaget.

“tahu saja lah… kan bu Erinna, mamanya Joni itu temannya mama”.

“Jadi bagaimana dong… nih”, kataku. “pada BF itu kan… ceweknya… yang telentang… mama dong yg seharusnya telentang bukannya telungkup kayak begini…,” kataku membujuk mama.

“tak mampu! Hi-hi-hi… mama sudah nge-tap duluan posisi ini…”, istilah mama tertawa geli. aku yg mendengarnya jadi bingung sendiri.

“Masak sih… Rodri yg wajib telentang… Rodri kan cowoknya”, kataku protes.

“biarkan saja… kalau cowoknya tidak mau mengalah… ya sudah… begini pula tidak apa-apa… hi-hi-hi”, istilah mama menggodaku.

Akhirnya dengan terpaksa saya yg mengalah, menggelosor asal tubuh seksi mama sambil menggulirkan diriku kesampingnya.

Jadilah saya terlentang kini dan … penisku yang ngaceng berat sudah tidak terdapat lagi yang menghalangi… eksklusif tegak berdiri dengan gagahnya. aku yg melihatnya, berpikir, ‘laba diujungnya tak terdapat bendera putihnya…! He-he-he…’.

Mama menoleh padaku sembari tersenyum manis, “Nah… begitu dong… sekali-sekali mengalah kan tidak apa-apa…”.

tiba-datang mama mengejutkanku seraya tangannya menunjuk ke tembok seberang yg dekat denganku. “Eh! Itu aaapa…!”

Terkesiap saya menolehkan kepalaku menghadap tembok yg ditunjuk mama…

tahu-memahami eh… mamaku telah terdapat diatasku sambil menindih tubuhku…

“Ahhh mama…! Mengagetkan Rodri saja…”.

“Hi-hi-hi… biarpun telentang… wajib siap siaga dong…!”, kata mama sambil tertawa.

Pikirku, ‘Ini privat les ihwal nge-seks menggunakan pasangannya… apa pelajaran wacana bagaimana caranya mengagetkan pasangan mainnya… sih?!’.

akan tetapi kedongkolanku tidak berlangsung lama … langsung ‘dibayar tunai’ mama dengan memundurkan tubuhnya, duduk diantara kangkangan kakiku. Mama memundurkan tubuhnya sedikit lagi kemudian menundukkan kepalanya kearah penisku. menggunakan tangannya yg lentik akan tetapi halus itu mama memegang batang penisku dan mengarahkan palkon-ku masuk kedalam…

Inilah BJ pertamaku yang kudapat justru dari mamaku sendiri!

Tangan kiri mama mencekal erat pangkal btg penisku, sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok sepanjang batang penisku, sambil mulutnya yang seksi mengulum-ngulum palkonku. terdapat kurang lebih 6 menitan, mama melakukan BJ untukku lalu datang-datang menghentikan kegiatannya itu.

“Aduh… ma! Jangan dihentikan donggg… lagi lezat-enaknya… nih”, protes kerasku di mama.

“Hi-hi-hi… protes tidak diterima! Kan… mama yang jadi tutor-nya kini , hi-hi-hi…”, istilah mama sambil tertawa.

‘Waduhhh… streng amat sih tutor-nya’, pikirku kecewa.

Mama merebahkan tubuhnya menelungkup menindih tubuhku lalu mencium lembut bibirku… akan tetapi hanya sekilas… buru-buru menarik kembali wajahnya… rupanya mama takut bibirnya yg seksi itu… dipagut lagi sang bibirku yang ‘galak’. Mama mengatakan pelan, “ml itu bukanlah seperti ayam jago yg mengepak-ngepakkan dahulu sayapnya kepleeekk…

saya tertawa dalam hati mendengarkan penjelasan mama, ‘Memangnya saya ini ayam jago… apa?!’.

Lanjut mama, “ml yg dilakukan sepasang manusia merupakan memberi dan mendapatkan… diberi dan diterima… praktis saja bukan? dalam prakteknya tidak seluruh orang yang melakukannya dengan benar…”.

Mama melihat di wajahku, pungkasnya, “Mulai bosan ya…?”

“Ti-tidakkk… tidak kok!”, jawabku gugup.

“Nah… ketahuan ya… dusta nih yeee…”, kata mama sambil menjulurkan tangan kirinya menggapai penisku yang tidak setegang dan sekeras tersebut. Ngocoks.com

pulang mama duduk pulang ditengah, diantara kangkangan kakiku

dan … memulai BJ ronde ke 2. tidak diperlukan waktu lama … penisku pribadi tegang sejadi-jadinya. mencicipi tegangnya penisku didalam mulutnya… mama menghentikan lagi sesi BJ-nya.

saya yang mencicipi palkonku tidak berada dalam lisan mama, tidak mengajukan protesku lagi, hanya menunggu tindakan mama selanjutnya…

kemudian mama berjongkok mengangkang diatas tubuhku, dengan memegang batang penisku, palkonku diusap-usapkannys disepanjang ‘garis’ vertikal vaginanya. Sekali-sekali kulihat mama tersentak-sentak sendiri tubuhnya, tatkala clitorisnya terusap oleh palkonku.

aku tetap terlentang, rangsangan-rangsangan yang dilancarkan mama benar-benar membuatku mabuk kepayang saya bagaikan terhanyut terbawa oleh arus deras ereksi yang meluap-meluap… Hari ini artinya BJ pertamaku, akankah…

Desah napas mama makin kentara terdengar, “Oooh… nikmatnya…”.

tidak sabar tangan mama mengarahkan palkonku tepat di gerbang lubang vagina yg telah licin serta menekannya…

saya yg sudah kalang-kabut mencicipi kenikmatan seksual ini ikut ‘membantu’ menggunakan mendorong pinggulku keatas…

(Bleeesss…!) batang penisku yg keras menerobos masuk kedalam gua nikmat vagina mama… seakan pulang kembali ketempatnya dimana saya berasal…

Dimulailah persenggamaan incest ini berlangsung, mama menurunkan dan menaikkan pinggulnya dengan penuh nafsu, kelihatan olehku mata mamaku terpejam akan tetapi mulutnya terbuka seakan-akan tengah melafalkan kata ‘oooh… ’ akan tetapi tidak terdengar. saya menanggapi ini semua dengan berusaha setenang mungkin, berharap mamaku cepat menjemput…

Kurasa tempo gerakan pinggul mama semakin cepat bercampur menggunakan sendatan-sendatan sesaat… “Oooh… OMG! Rooodri… nikmatnya…! ,” seiring semburan-semburan cairan berasal pada vagina mama menyemprot keluar… yang kurasa mirip mengguyur sekujur btg penisku yang masih berada dalam gua nikmat vagina mama.

saya bertahan buat tidak menggerakkan pinggulku sementara waktu, ad interim batang penisku menjadi sangat keras kurasa…

diam sesaat… hening bunyi serta tanpa ada gerakan.

lalu mama mencium pipiku sambil berbisik, “Maafkan mama sayang… terasa penismu… masih sangat tegang mama rasakan… bila kau menginginkannya… tindih tubuh mama berasal atas… lakukan seperti apa yg pernah kau lihat dalam BF itu…”.

Tanpa basa-basi lagi saya berusaha membalikkan tubuh mama tanpa penisku terlepas berasal vagina mama. serta menggunakan cepat saya menggerakkan pinggulku memompakan batang penisku… keluar-masuk vagina mama… semakin cepat… serta lebih cepat lagi… serta… “Ahhh… mama sayanggg…! ,” tak lebih asal 5 menitan aku telah melepaskan semprotan-semprotan spermaku…

diam sesaat… lalu tubuhku bergulir terlentang merapat disamping tubuh mama. “Terima kasih poly mam…,” saya berbisik ke telinga mama.

Kami tertidur hingga larut sore dengan posisi seperti itu…

bersambung…

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*